Wednesday, 10 April 2013

Tinjauan Terhadap Kinerja Kemitraan Antara PT.Nestlé Dengan Petani Kopi Lampung 

Abstract

             Coffee beans quality improvements can be done by farmers with improvement in terms of harvesting, drying, storage and sorting.  But in fact buyers do not appreciate the differences of coffee bean quality from farmers.  It make farmers do not want to improve their coffee beans quality.  Coffee beans consistency (flavored) as raw materials is critical to PT.Nestlé, for producing NESCAFÉ.  Based on this matter, PT.Nestlé provides guidance and knowledge-transfering to farmers.  Training for farmers has been doing by PT.Nestlé  in Lampung province since 1994. The expectation of this activity are, that it can provide of coffee bean quality improvement and also increasing of coffee plants productivity (Kurniawan, 1999).  The purposes of this study is to analyze the partnership between PT.Nestlé with coffee bean farmers in Lampung.  And if it happens, can this partnership improve the quality of farmer’s coffee beans?.  The result of this study showed that there is a vertical coordination between two parties. This activity conducted by PT.Nestlé as supervisor and coffee bean farmers in Ngarip Village as agent.  Each party undertook their own responsibility with distinct purpose but maintenanced beneficial relationship and good synergy in agricultural workframe for both sides.  This partnership has been able to improve the quality of robusta coffee beans belongs of farmers.  Before the partnership has done, the coffee beans quality was low with water level than 20 percent and defect value more than 250.  After the partnership, the Ngarip coffee bean farmers have been able to improve their coffee beans quality with the water level 11.5 % and defect less than 80.

Key words: coffee beans, farmers, quality improvement, partnership, vertically coordination.

Abstrak

            Perbaikan kualitas biji kopi dapat dilakukan oleh petani dengan melakukan perbaikan dalam hal pemanenan, penjemuran, penyimpanan dan sortasi.  Namun kenyataannya, para pembeli yaitu pedagang pengumpul tidak membedakan harga antar kualitas.  Akibatnya petani tidak terpacu untuk memperbaiki kualitas kopinya.  Konsistensi mutu (cita rasa) bahan baku merupakan hal yang amat penting bagi PT. Nestlé  untuk memproduksi NESCAFÉ.  Berangkat dari hal tersebut maka PT. Nestlé memberikan pembinaan dan transfer pengetahuan kepada petani. Pembinaan petani telah dilakukan oleh PT. Nestlé di Propinsi Lampung sejak tahun 1994Dengan harapan bahwa program ini dapat memberikan sumbangsih pada perbaikan mutu dan cita rasa dan peningkatan produktivitas kopi rakyat  (kurniawan, 1999).  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk kemitraan antara PT. Nestlé dengan petani kopi di lampung yang berkaitan dengan peningkatan mutu kopi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembinaan yang dilakukan mengarah pada terjadinya kordinasi vertikal antar lembaga tataniaga.  Pembinaan ini berjalan dengan PT. Nestlé sebagai pembina dan Petani Kopi Desa Ngarip sebagai agent yang dibina.  Masing-masing pihak melakukan tanggung jawabnya dengan tujuan yang berbeda tapi menimbulkan sinergi yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Pembinaan ini telah berhasil meningkatkan mutu biji kopi Robusta di tingkat petani.  Sebelum dilakukan pembinaan oleh PT. Nestlé, mutu kopi yang dihasilkan petani adalah kopi mutu asalan dengan kadar air  lebih dari 20 persen dan nilai defect lebih dari 250.  Setelah dilakukan pembinaan, petani telah mampu meningkatkan mutu kopi Robusta dari mutu asalan menjadi mutu A1 dan A2 yaitu biji kopi dengan kadar air 11.5 persen dan defect kurang dari 80.

Kata Kunci: Biji kopi, petani, peningkatan mutu, pembinaan, koordinasi. 

No comments:

Post a Comment