Sunday, 5 June 2016

Materi Kuliah Sosiologi Umum Kelas Ekstensi TA 2015/2016



Masalah sosial



TIU :
Mahasiswa dapat secara komprehensif memahami permasalahan yang terjadi di masyarakat sekaligus memberikan solusi sosiologi terbaik bagi masyarakat.

tik :

·      Mahasiswa mengerti definisi masalah sosial.
·      Mahasiswa dapat paham tentang pengklasifikasian masalah sosial
·      Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah sosial berdasarkan ukuran-ukuran sosiologis terhadap masalah sosial.
·  Mahasiswa memiliki pemahaman mengenai beberapa masalah sosial penting di Indonesia dan solusinya.



I.              Pengertian mengenai masalah sosial.

            Ilmu sosiologi menelaah kehidupan masyarakat dan unsur-unsur interaksinya, berbagai gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Masyarakat terdiri atas berbagai individu yang saling berinteraksi.  Hasil interaksi antar individu dalam masyarakat akan memunculkan aksi dan reaksi dari perlbagai perilaku individu kepada individu lainnya.  Terkadang aksi-reaksi tersebut tidak selamanya berjalan mulus dan bahkan muncul tindakan-tindakan atau perilaku tidak dikehendaki dalam kehidupan masyarakat. Gejala-gejala yang tidak normal ini akan memunculkan kekecewaan dan penderitaan pada masyarakat. Gejala tidak normal ini kemudian disebut dengan masalah sosial.
            Sebuah masalah dikatakan sebagai masalah sosial dalam masyarakat apabila bersangkutan dengan hubungan antarmanusia dan mengganggu keutuhan bermasyarakat. Menurut Soekanto (2007) yang dimaksud dengan masalah sosial adalah ketidaksesuaian unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan/menghambat terpenuhinya tujuan pokok masyarakat dan menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Sementara Roucek dan Waren dalam Abdulsyaini (1994), mengartikan masalah sosial sebagai masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia dengan cara-cara yang kimenghalangi pemenuhan kehendak-kehendak biologis dan sosial yang ditetapkan mengikuti garis yang ditetukan masyarakat.  Daldjoeni (1985) menyatakan, masalah sosial adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang yang bersumber dari dalam masyarakatsendiri dan membutuhkan pemecahan dengan segera,dan sementara itu orang masih percaya akan masih dapatnya masalah sosial itu terselesaikan.  Lieslie dalam Sudharto (1984) menyebutkan bahwa masalah sosial adalah sesuatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan.  Sementara Abdulsyani (1987) menyatakan terdapat beberapa ciri pokok gejala sosial yang dapat dijadikan ukuran masalah sosial antara lain :
1.          Terjadinya disorganisasi dalam masyarakat, misalnya keresahan atau pertentangan-pertentangan antara kelompok- kelompok dalam masyarakat.
2.          Ketidakmampuan masyarakat dalam berhadapan dengan inovasi atau mungkin ketidakmampuan dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
            Pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral terutama pada masyarakat yang dinamis.  Dalam kondisi masyarakat yang sedang mengalami perubahan, ada suatu kondisi yang tidak disenangi atau tidak diterima oleh banyak orang sehingga menimbulkan masalah sosial, atau dapat pula karena nilai-nilai lama tidak dapat lagi diterima oleh masyarakat, contohnya pertumbuhan atau pengurangan jumlah penduduk, perusakan lingkungan hidup, kemiskinan, rasisme, gender, dan sebagainya. Jadi masalah sosial merupakan bagian dari perubahan sosial dan budaya.
Dewasa ini, di negara-negara berkembang seperti Indonesia cenderung mengalami disorganisasi antar lembaga dalam masyarakatnya.  Hal ini dipicu tingginya percepatan perubahan maupun karena ketidakpahaman relatif yang menyangkut proses perubahan, seperti modernisasi.  Modernisasi memberi efek yang saling berlawanan, di satu sisi telah membawa kemajuan dan di sisi lain meningkatkan jumlah kelompok miskin yang harus menanggung akibat pembangunan yang tidak merata sehingga tidak dapat menikmati hasil pembangunan. Dalam kondisi yang tidak menentu, masyarakat belum memiliki kepastian suatu nilai sehingga perilaku masyarakat belum menentu, bahkan saling bertentangan memunculkan orang-orang yang rapuh (personally disorganized). Apabila kerapuhan pribadi tersebut berlanjut sampai mereka kehilangan pedoman akan tujuan hidup, lalu menarik diri dari masyarakatdan bersikap apatis.  Apabila kerapuhan terjadi pada banyak individu dalam masyarakat maka akan memunculkan masyarakat yang rapuh. 
          Untuk mengetahui suatu kondisi abnormal dalam masyarakat, dapat dideteksi melalui beberapa angka indeks.  Indeks  yang  memberi  petunjuk   akan  adanya  masalah  social adalah:
§  Simple  rates :  angka laju gejala abnormal dalam mayarakat.
§  Composite indices : gabungan indeks dari bermacam-macam aspek penyimpangan sosial yang mempunyai kaitan satu dengan lainnya.
§  Composition of citizen:   proporsi penduduk dalam  lapisan masyarakat.
§  Social distances :  jarak antar individu dalam bersosialisasi di masyarakatnya.
§  Social  partipation:  semakin kecil partisipasi  sosial seorang  individu  dalam  masyarakatnya makan kecenderungan  terjadinya  masalah  sosial   akan   lebih  besar.


II.           Klasifikasi masalah sosial berdasarkan penyebabnya.

          Ditinjau secara teoritik, ada banyak faktor penyebab terhadap tumbuh dan/atau  berkembangnya suatu masalah sos ial. Secara umum, faktor penyebab itu meliputi faktor struktural, yaitu pola-pola hubungan antar individu dalam kehidupan komunitas; dan faktor kultural, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan komunitas. Adanya perubahan atas kedua faktor itulah, yang selama ini diteorikan sebagai faktor penyebab utama munculnya suatu masalah sosial. Logika teoritisnya adalah: ketika terjadi perubahan pola–pola hubungan sosial dan/atau perubahan nilai -nilai sosial, maka sebagian anggota komunitas akan ada yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali tidak siap dalam menerima perubahan itu. Kesiapan dan/atau ketidaksiapan itulah yang kemudian menyebabkan perbedaan mereka dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya.  Berkaitan dengan hubungan saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungan sosialnya dan berbagai faktor lain maka sumber masalah sosial dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.             Faktor ekonomis, antara lain kemiskinan dan pengangguran. Di masyarakat Indonesia, kemiskinan dalam kehidupan modern diartikan tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan dan kemudahan lain yang tersedia di jaman modern. Kemiskinan di semua negara selalu di barengi dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian melahirkan pengangguran, rendahnya pendidikan yang menjadi modal utama dalam persaingan dunia kerja dewasa ini. Kemiskinan menjadi krusial karena berpotensi sangat besar memicu masalah-masalah sosial lainnya seperti tingginya tingkat kejahatan di masyarakat, rendahnya tingkat kesehatan, dan lain.lain.
2.             Faktor biologis.  Faktor biologis akan menentukan kualitas kehidupan individu.  Hal utama yang terkait adalah faktor kesehatan masyarakat adalah faktor kecukupan gizi.  Semakin tinggi kualitas gizi seseorang maka akan semakin baik kualitas kesehatan masyarakat. Sementara semakin rendah kualitas gizi maka semakin banyak masalah penyakit menular, penyakit infeksi dan menyebabkan masalah dalam masyarakat.
3.       Faktor biopsikologis, antara lain bunuh diri, penyakit syaraf, stress, kegilaan dan lainnya.  Hal ini memungkinkan munculnya kegelisahan dalam masyarakat.  Ada beberapa sebab terjadinya kasus bunuh diri namun sebab yang terbanyak belakang ini adalah karena faktor ekonomi dan pemikiran bahwa bunuh diri sebagai solusi menyebabkan semakin tingginya angka bunuh diri.
4.       Problema kebudayaan. Problema kebudayaan ini bisa dibilang merupakan problema yang sering terjadi pada sebuah masyarakat sekuler-kapitalis saat ini. Indonesia adalah negara multietnis yang terdiri dari berbagai etnis.  Suatu norma bagi etnis tertentu dianggap normal, dapat menjadi tidak normal bagi etnis lainnya.  Hal inilah yang dapat memicu benturan budaya.  Ditambah lagi sikap egoisme dan pemahamapan bahwa sukunya lah yang benar akan berpotensi menimbulkan perpecahan dalam masyarakat yang multietnis.

III.        Ukuran-ukuran Sosiologis Terhadap Masalah Sosial

          Dalam menentukan apakah suatu masalah merupakan masalah sosial dalam masyarakat atau bukan, sosiologi menggunakan beberapa pokok permasalahan, yakni sebagai berikut.
1.        Kriteria utama suatu masalah sosial yaitu tidak adanya kesesuaian antar ukuran dan nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan sosial.
2.        Sumber-sumber sosial masalah sosial.
3.        Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu penyimpangan dalam masyarakat merupakan masalah sosial atau bukan.
4.        Manifest social problem dan latent social problems
5.        Perhatian masyarakat pada masalah sosial.

IV.        Beberapa Masalah Sosial Penting di Indonesia

Indonesia adalah negara mutlietnis dengan jumlah penduduk +250 juta jiwa, sangat berpotensi mengalami berbagai masalah sosial.  Berdasarkan sumbernya akan banyak sekali masalah sosial yang dapat dibahas, namun secara garis besar masalah-masalah sosial yang utama di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.             Kemiskinan. Kemiskinan dalam konsep sosiologi didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memelihara dirinya sendiri agar dapat hidup secara sehat, normal dan layak.
2.             Kriminalitas.  Kemiskinan berpotensi meningkatkan angka kejahatan di masyarakat.  E.H. Sutherland (1962) menyatakan bahwa kejahatan dihasilkan dari pembelajaran dalam berinteraksi dengan individu lain dan orang tersebut mendapat perilaku jahat sebagai efek interaksi itu sendiri
3.             Disorganisasi keluarga.  Pengertian disorganisasi keluarga adalah Suatu kondisi perpecahan keluarga sebagai akibat gagalnya anggota-anggota keluarga memenuhi kewajibannya sesuai peran sosialnya.  Kondisi ini cenderung mengakibatkan kegagalasan sosial di masyarakat. 
4.             Perperangan.  Perperangan adalah suatu bentuk pertentangan antar lembaga masyarakat. Menurut Soekanto (2007) peperangan adalah masalah sosial yang paling sulit dipecahkan sepanjang sejahar manusia dan disebabkan oleh banyak hal.  Peperangan selalu menjadi bagian sejarah manusia didunia.  Hal ini semakin sulit dihindari bila melibatkan masyarakat antara negara yang saling berkoalisi untuk memenangkan peperangan itu sendiri.  Efeknya adalah semakin banyak kerugian yang akan diderita oleh masyarakat didunia, karena dampak negatif tidak hanya diderita oleh masyarakat negara yang berperang namun juga diderita oleh masyarakat negara-negara lainnya yang netral.
5.             Masalah generasi muda yang muncul akibat“sense of value” yang kurang ditanamkan oleh orang tua, timbulnya organisasi pemuda/pemudi informal yang tingkah lakunya menyimpang dari norma kemasayarakatan dan munculnya usaha generasi muda yang bertujuan mengadakan perubahan sesuai nilainya sendiri.
6.             Pelanggaran terhadap norma masyarakat.  Hal ini banyak terjadi dalam masyarakat namun secara garis besar pelanggaran yang berpotensi merusak adalah: 1) Prostitusi :suatu tindakan yang bersifat menyerahkan diri untuk mendapatkan bayaran kepada umum untuk melakukan perbuatan seksual, 2) Delinkuensi Anak-anak: kegiatan anak muda dalam organisasi formal/semi-formal yang tidak disukai masyarakat, 3) NAZA: penggunaan zat-zat protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem syaraf sehingga akan  menurun fungsi otaknya, dan 4)Homoseksualitas : perilaku individual yang cenderung menyukai sesama jenis kelaminya sebagai mitra seksual. 
7.             Masalah kependudukan.  Penduduk adalah unsur utama pembangunan sebuah negara.  Penduduk yang over populated maupun under populated akan berpontesi menimbulkan masalah pada kepadatan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.  Pemerataan pembangunan harus menjadi prioritas agar tidak terjadi ketimpangan sosial dan ekonomi yang akhirnya berdampak pada munculnya berbagai masalah sosial. 
8.             Masalah lingkungan hidup.  Lingkungan hidup akan menyangkut aspek lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial.  Hal ini terkait dengan masalah kependudukan.  Masalah lingkungan hidup yang terkait dengan masalah kependudukan adalah: 1) Makin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan karena lahan tersebut dipakai untuk pemukiman, 2) Makin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia membutuhkan air bersih untuk keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Hal ini menyebabkan persediaan air bersih menurun, 3) Pertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat. Akibatnya, kebutuhan alat tranportasi meningkat dan kebutuhan energi seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat persediaan minyak bumi makin menipis dan 4) Pertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga, seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat mennyebabkan pencemaran lingkungan.
9.             Birokrasi.  Pengertian kata birokrasi menurut Kamus Besa Bahasa Indonesia (2013) adalah sistem pemerintahan yg dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pd hierarki dan jenjang jabatan dan atau cara bekerja atau susunan pekerjaan yg serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dsb) yg banyak liku-likunya.  Menurut Max Weber (1947), birokrasi mencakup setidaknya 5 unsur utama yaitu organisasi, pengerahan tenaga, sifat yang teratur, terus menerus dan adanya tujuan.  Aspek sosiologi tidak memandang apakah birokrasi dapat menghambat atau justru memperlancar sistem pemerintahan, namun sosiologi sebagai ilmu, memandang birokasi dapat berpotensi menimbulkan masalah sosial bila birokrasi tersebut menghambat perputaran roda pemerintahan.  Birokrasi di Indonesia sendiri saat ini sedang mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat karena tingginya angka korupsi yang dilakukan penjabat pemerintah. 

V.           Pemecahan Masalah Sosial

          Untuk mencari bagaimana solusi terbaiknya dalam mengatasi suatu masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat tidaklah mudah, karena apa pun solusi itu semuanya akan tetap tergantung pada apa akar penyebabnya. Ditinjau secara metodologis, untuk mencari apa akar penyebab dari suatu masalah sosial biasanya dengan melakukan penelitian secara empiris, baik dalam skala mikro maupun makro. Penelitian secara mikro misalnya, dilakukan dengan cara melakukan suatu studi kasus. Sedangkan penelitian secara makro, dilakukan dengan cara melakukan survai terhadap suatu masalah sosial. Namun, apa pun skala penelitian yang dilakukan, semuanya itu akan berupaya untuk menemukan apa akarpenyebab dari suatu masalah sosial. Berbagai kegagala atau setidak-tidaknya disebut sebagai kurang efektifnya dalam mengatasi suatu masalah sosial, biasanya dikarenakan kurangnya pemahaman secara empiris tentang dinamika perkembangan suatu komunitas (Singgih, 2011).
Upaya pemecahan masalah-masalah sosial dapat diatasi secara represif maupun preventif. Upaya represif adalah upaya yang diberlakukan setelah terjadi masalah sosial di masyarakat.  Upaya-upaya represif yang dapat dilakukan antara lain:
1.             Memberlakukan kewajiban mengenali jati diri dan budaya bangsa.
2.             Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai nilai-nilai kebenaran.
3.             Pemberlakuan Norma dan Hukum yang tegas, jelas dan tidak tebang pilih.
4.             Memberlakukan hukuman yang tegas bagi pihak-pihak yang menimbulkan masalah dalam masyarakat.
Sementara upaya preventif, adalah seluruh daya upaya yang dilakukan guna mencegah timbulnya masalah-masalah sosial di masyarakat.  Upaya yang dapat dilakukan adalah:
1.               Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan yang benar, baik dan terpadu.
2.               Penanaman Nilai-Nilai Luhur Bangsa Indonesia
3.               Peningkatan Pendidikan Masyarakat
4.               Perencanaan Sosial

VI.        Perencanaan Sosial

          Dalam upaya mencegah dampak perubahan ke arah yang tidak baik, sehingga perlu adanya perencanaan dalam suatu perubahan untuk meminimalkan efek negatif dari masalah sosial, misalnya kecemasan, depresi, gegar budaya, dan sebagainya.  Pembangunan (development) mengandung arti perubahan sosial dengan arah kemajuan (progress), jadi kemajuan berarti perubahan ke arah yang dikehendaki sesuai dengan komitmen bersama serta dipandang sebagai sesuatu yang baik. Sejalan dengan pembangunan ada perencanaan sosial dalam arti upaya untuk mengendalikan masyarakat sosial ke sasaran yang tepat. Di sisi lain dalam pembangunan akan terjadi persoalan-persoalan yang menyangkut bagaimana mempertemukan segenap keinginan lapisan masyarakat terutama yang saling bertentangan, hal ini merupakan suatu hal yang cukup rumit.
Perencanaan perubahan dalam pembangunan dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif dari masalah sosial di masyarakat yang cukup besar, karena melalui perencanaan sosial diharapkan dapat mengurangi konsekuensi dan keterlambatan proses penanggulangan masalah sosial di masyarakat. Jadi perencanaan perubahan sosial mencoba mengurangi kerugian akibat berbagai masalah sosial dan budaya, namun keberhasilannya masih dalam perdebatan para ahli dan peneliti ilmu sosial. Karena masyarakat selalu mengalami perubahan setiap saat.  Perencanaan setepat apapun akan selalu terkait pada munculnya modernisasi atau perubahan dalam masyarakat.  Apabila perubahan tersebut tidak terkendali, dan diterima secara berbeda antar masyarakat maka akan menimbulkan masalah sosial baru bagi masyarakat.  Sehingga perencanaan sosial harus mampu meminimalisir efek negatif yang berkemungkinan muncul akibat perencanaan sosial itu sendiri.
           Perencanaan sosial harus didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana kebudayaan berkembang dari taraf rendah ke taraf modern dan kompleks dimana dikenal industri, peradaban kota,dllOgburn & Nimkoff (1964) menyatakan bahwa beberapa prasyarat yang diperlukan  agar suatu perencanaan sosial menjadi efektif.  Prasyarat tersebut adalah:
1.        Adanya unsur modern dalam masyarakat.
2.        Adanya sistem data base yang baik dan analisis yang tepat.
3.        Sikap publik yang terbuka terhadap usaha-usaha perencanaan sosial tersebut.
4.        Adanya pemimpin ekonomi dan politik yang progresif.



Daftar Pustaka


Singgih, Doddy Sumbodo.  2011.  Masalah-masalah Sosial Di Indonesia: Pemahaman Konsep, Fokus Analisis, Skema Hubungan Antar-Variabel Dan Metode Analisis.  FISIP Unair.  Surabaya.

Soekanto, Soerjono.  2007.  Sosiologi Suatu Pengantar.  PT. RajaGrafindo Persada.  Jakarta.

Taum, Yoseph Yapi.  2006.  Masalah-Masalah Sosial Dalam Masyarakat Multietnik.  Makalah dibawakan dalam Focus Group Discussion (FGD) “Identifikasi Isu-isu Strategis yang Berkaitan dengan Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa”, dilaksanakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.  F. Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Weber, Max.  1947.  The Theory of Social and Economic Organization.  Oxford University Press.  New York.


www.radioaustralia.net.au




www.youtube.com

No comments:

Post a Comment